Selasa, 04 Desember 2012

[Samurangau] Semalam di Samurangau

Rumah dinas tempat saya menginap


Finally, saya menginap juga di rumah dinas salah seorang guru di Samurangau. Tadinya saya berpikir bakalan enggak bisa tidur nyenyak (seperti yang terjadi kalau saya menginap di camp Petrosea), tapi ternyata malah sebaliknya.

Maklum,  saya menginap di sana pada malam Jum'at. Saya, si penakut ini, sudah berpikiran yang aneh-aneh. Khawatir kalau-kalau terjadi sesuatu yang tidak saya inginkan. :D

Rumah yang saya tumpangi berada di belakang sekolah, tepat di belakang ruangan perpustakaan yang menjadi tempat saya bertugas di siang hari.  Rumah terdekat berada di sepelemparan batu a.k.a enggak jauh-jauh banget. Ada kali sepuluh meter (Atau lebih??? kurang tahu deh, soalnya saya enggak sempat bawa meteran buat mengukur jaraknya :p). Sedangkan di belakang rumah tersebut terdapat pohon-pohon jati yang menjulang tinggi.


Ternyata anak-anak SDN 004 sering mengunjungi guru mereka selepas jam sekolah. Selain menanyakan hal-hal yang ada hubungannya dengan pelajaran di sekolah, mereka juga menyerbu dagangan si ibu guru. Ow ow ow... saya baru tahu kalau di Samurangau, barang-barang keluaran IFA atau Sophie Paris itu laris manis ya. Mungkin karena di sana jauh dari 'peradaban' a.k.a tempat shopping.

Saya terkaget-kaget ketika ANAK-ANAK SD itu datang dengan mengendarai SEPEDA MOTOR. Bandingkan dengan saya yang sampai seumur ini enggak bisa menjalankan motor sendiri. Mereka berboncengan. Ada yang berdua, ada pula yang bertiga. Tanpa helm, apalagi SIM. Untunglah di Samurangau enggak ada polisi yang gemar menilang mereka yang melanggar peraturan. Kalau tidak.... wah, bisa repot.

Di Samurangau tidak ada angkot, sedangkan jarak dari satu rumah ke rumah yang lain atau dari rumah ke sekolah lumayan jauh. Jadi alternatif mereka ya naik sepeda motor. Ngeri melihat mereka memacu sepeda motor mereka dengan kecepatan tinggi dan terkadang membuat gerakan-gerakan yang membuat saya menahan napas. Duh, Nak...!

Tapi, ternyata tidak semua orang tua memberi izin anaknya untuk memakai sepeda motor. Salah satu siswi bernama Ayu. Saya kasih jempol empat deh untuk orang tuanya :D

Sore itu, mereka juga mengunjungi saya. Saya memang sengaja mengundang mereka. Setelah lomba membaca puisi dan membaca dongeng siang tadi, saya ingin mereka memperlihatkan puisi dan dongeng yang mereka tulis sendiri. Sayang, karena asik bermain dan belajar bersama mereka, saya tidak sempat mengabadikannya.

Selepas memberi mereka sedikit tips menulis (terutama tentang EYD :D), kami melanjutkan dengan belajar matematika dan Bahasa Inggris. Untunglah mereka tidak menanyakan soal-soal matematika yang bikin saya mati-matian berpikir atau jadi mati kutu. Mereka benar-benar anak-anak yang hebat. Mereka cepat sekali menangkap pelajaran yang baru diajarkan. Mereka akhirnya bisa mengembalikan keinginan saya untuk mengajar lagi. Tapi untuk serius mengajar... hm, saya pikir-pikir dulu deh :D

Dan sunyi mulai menjadi ketika selepas senja berganti malam dan anak-anak ramai itu sudah kembali ke rumah mereka masing-masing. Saya dan si ibu guru mengisi kesunyian dengan berbagai macam topik yang akhirnya membuat perut kami berteriak minta diisi.

Dua perempuan yang malas masak hihihi... harus puas dengan menu ayam bakar yang saya beli pagi hari (ampun dah! :p) sebelum saya ke Samurangau. Alhamdulillah masih enak dimakan. Padahal saya sudah mengidam-idamkan makan mie instan. Secara udara malam semakin dingin.

Perut yang sudah kenyang terisi tak membuat mata lekas mengantuk. Kami kembali mengobrol, berganti-ganti topik. Meski akhirnya saya diajak tidur lebih cepat. Supaya kalau listrik padam tepat di jam dua belas malam, saya tidak akan menyadarinya.

Sayangnya, ketika saya terbangun pukul satu pun, saya tetap merasakan suasana yang sama. Cahaya remang-remang. Udara malam yang dingin. Suara binatang malam yang tak berjeda. Saya bertanya-tanya mengapa listriknya tak jadi padam.

Keesokan harinya barulah saya tahu, si ibu guru memasang lampu templok. Oalah.... :D


Laila Sari sedang beraksi membaca puisi






3 komentar:

  1. Hihihi... di kab tanah bumbu dan tanah laut, produk IFA juga laris ka... Soalnya tiap naik angkot arah ke situ, pasti angkotnya penuh barang titipan IFA, hihihi :D

    Btw, njagar aja lagi ka... kyk nya seru kan ya?? :)

    BalasHapus
  2. eh.. ngajar maksud nya ka.. :p

    BalasHapus
  3. wah, sama ya No, pantesan ya produk mereka trus berkembang coz di daerah2 yg letaknya sejauh itu doyan beli :D

    udh bbrapa kali ditawari mengajar lagi tapi masih belum yakin bisa kekekke... mungkin kalau kelas menulis dongeng terealisasi minggu depan, itu pertama kalinya aku kembali mengajar :D

    BalasHapus