Dear Ing,
Aku masih menyimpan
sepatu berpita biru yang kau hadiahkan padaku. Aku belum pernah memakainya
keluar rumah. Hanya sesekali mencobanya ketika berada di kamar sendirian. Awalnya aku tak berani melihat bayangan diriku
sendiri saat mematut diri di depan cermin. Aku terlihat aneh sewaktu mencoba memadu
padankan sepatu itu dengan pakaian yang aku punya. Entah! Rasanya selalu tidak
pas. Mungkin karena aku belum terbiasa atau memang hanya aku yang tak ingin
berubah.
Apakah aku pantas
mengenakannya menjadi pertanyaan yang belakangan ini kerap menggelitik
pikiranku. Seperti ada yang membisiki telingaku. Kalau aku nyaman
mengenakannya, maka itu sama saja mengubah separuh diriku.
Arghh! Kau tahu... itu
sangat berat buatku.
Haruskah aku
melakukannya demi kamu?
Kau kan tahu, aku terbiasa
mengenakan sepatu bertali – yang selalu terlepas dari ikatannya dan kau selalu
menjadi orang yang mengingatkanku agar kembali mengikatnya dengan simpul yang
lebih erat.
Sebenarnya aku tahu
mengapa kau mengirimkan sepatu berpita biru, bukan yang lainnya. Tapi, aku
mungkin tidak akan pernah mendengarmu mengucapkan kalimat itu. Ia menjadi
alasan yang kau simpan sendiri. Kau mungkin menganggap bahwa mengatakannya sama
saja dengan mendeklarasikan perasaanmu di hadapan semesta.
Ah, tahukah kau... aku
dan kau tak ada bedanya. Kau juga tidak pernah tahu alasanku untuk tetap
mengenakan sepatu bertali yang berlubang kecil di ujungnya itu.
Keira menghela napas. Dia meletakkan pena bertinta hitam itu
di atas meja, di samping lembaran postcard
yang berisi tulisan tangannya. Kartu pos kesekian yang tak jadi dia kirimkan
karena isinya terasa janggal, sama seperti kakinya yang mengenakan sepatu
berpita biru.
Tepukan halus di pundaknya, membuat Keira menoleh cepat. Seorang
perempuan berambut ikal berdiri di sampingnya dengan wajah tersenyum.
“Aku sayang kamu.”
Sepasang mata Keira melebar.
“Tulis begitu saja!” katanya menyodorkan selembar postcard baru. “Itu sudah cukup mewakili
ratusan kata yang sudah kamu tulis sejak tadi.”
***
Bener tuh kata si perempuan berambut ikal, to the point saja :D
BalasHapusTulisan Mbak Fitri selalu keren... :)
ga semua orang mampu to the point mbak fit kekekke
BalasHapusterima kasih semangatnya, mbak... ikutan juga kah? :D
Aiiih..manisnya. semoga menang ya fit :)
BalasHapusaminnnnn.... makasih, eqi :D
BalasHapus