Judul: When Marnie Was There / Omoide No Mani
Sutradara: Hiromasa Yonebayashi
Produksi: Studio Ghibli
Based on Novel: Joan G Robinson
“In this world, there’s an invisible magic circle. There’s inside and outside. These people are inside. And I’m outside.”
Usia 12 tahun adalah usia yang sulit, begitu kata dokter yang memeriksa Anna ketika asmanya kambuh. Anna yang pendiam, pemurung, tak mudah bersosialisasi dengan orang lain dan membenci dirinya sendiri karena berperilaku seperti itu. Tapi dia tidak tahu bagaimana cara berhenti menjadi Anna yang penyendiri. Anna yang merasa dirinya berbeda dari anak seusianya. Sebab ia....
Bermata biru.
Seorang anak angkat.
Dan mengetahui bahwa orang tua angkatnya mendapat bayaran selama mengadopsinya.
Lalu ibu angkatnya pun mengirimnya tinggal bersama sepupunya di Kushiro. Desa nan indah yang terletak di tepian pantai dan berudara bersih. Bagus untuk mengobati asma yang diderita Anna.
Setibanya di sana, Anna -entah mengapa- merasa akrab dengan salah satu rumah tak berpenghuni yang terletak di tepi rawa-rawa. Untuk sampai ke rumah itu, Anna harus melepas sepatunya atau berperahu bila air telah pasang. Meskipun pamannya mengatakan sebaiknya Anna tidak mendekati rumah itu karena berhantu, Anna tidak takut. Justru dia teramat penasaran. Mengapa di rumah yang kosong itu, ada lampu menyala di salah satu jendelanya.
Ternyata ada anak seusia Anna bernama Marnie yang tinggal di sana. Marnie yang periang, pandai mendayung namun selalu berada dalam pengawasan para pelayannya yang kadang kala berperilaku kejam. Anna yang biasanya tak bisa berteman dengan siapa pun, menjadi mudah akrab dengan Marnie. Mereka pun bertemu diam-diam, hampir setiap malam. Anna tidak memberitahu paman dan bibinya. Marnie menyelinap dari para pelayannya. Mereka berjanji, persahabatan mereka akan menjadi rahasia untuk selama-lamanya.
Tapi, tak ada selamanya di dunia ini. Anna mulai merasa ada yang janggal tentang Marnie. Tapi, semua yang dialaminya bersama gadis kecil itu terasa nyata. Hingga Hisako, seorang pelukis, memberitahu bahwa rumah di tepi rawa-rawa itu akan dihuni oleh penghuninya yang baru.
Sayaka, gadis kecil dari Tokyo menempati kamar yang biasanya ditinggali Marnie. Awalnya ia mengira Anna adalah Marnie karena selalu melihat Anna memperhatikan rumah barunya. Lalu keberadaan Marnie pun menjadi pertanyaan yang memenuhi kepala Anna. Apalagi Sayaka memperlihatkan diary milik Marnie.
----
Pada awalnya saya mengira bakal mendapatkan film kartun yang lucu dan bikin malam yang gelapgulita karena listrik padam menjadi lebih menyenangkan. Ternyata saya malah dapat film yang bikin saya bertanya-tanya, "ini film horor bukan, ya?" Maklum rumah kosong kan selalu identik dengan yang bikin takut. Untunglah, roh yang berada di rumah itu seorang gadis cantik berambut pirang yang wajahnya enggak ada pucat-pucatnya.
Meskipun film ini karakternya anak-anak, tapi ceritanya juga bisa buat orang dewasa kok. Di kartun ini, kita bisa melihat perubahan Anna yang pendiam, penyendiri dan tak mudah percaya kembali menjadi Anna yang percaya bahwa orang-orang di sekitarnya benar-benar peduli dan menyayanginya. Dia tidak terbuang seperti yang disangkanya selama ini. Perubahan-perubahan itu berkat Marnie yang ternyata adalah.... ah, nonton sendiri aja deh :D
Di film ini, saya juga belajar bahwa terkadang kita selalu ingin menjadi orang lain karena kita tak ingin menjadi diri sendiri dan menganggap kehidupan orang lain lebih menyenangkan. Tapi, sebenarnya orang lain pun ingin menjadi kita karena kita pasti memiliki apa yang mereka tidak memiliki.
"Aku berharap aku adalah kamu."
Marnie
ruman keluarga Iowa yang bikin mupeng :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar