taken from Google ^^
Awalnya...
Ini cerita apaan sih?
Ada Lalchand, si pembuat kembang api yang ogah anak perempuannya mengikuti jejaknya. Ada gajah putih -Hamlet- yang bisa bicara bahasa manusia dan 'rela' jadi papan reklame berjalan demi biaya melarikan diri bersama Chulak, penjaganya. Ada Raja yang doyan bikin bangkrut dengan titah memelihara gajah miliknya. Ada gerombolan penjahat dengan anak buahnya yang pada konyol. Ada hal-hal yang bikin saya malas melanjutkan menyelesaikan buku ini pada halaman-halaman pertama, padahal buku ini lumayan tipis dengan beberapa ilustrasi di dalamnya.
Mungkin karena saya sedang berusaha menjadi pembaca yang keluar dari zona amannya, jadi ketika saya sampai di halaman terakhir, saya senang banget.
Lila, putri Si Pembuat Kembang Api, agaknya menjadi anak perempuan yang keras kepala lantaran keinginannya menjadi penerus sang ayah tidak disetujui. Sedangkan sejak dalam buaian, Lila sudah akrab dengan bahan-bahan membuat kembang api. Jadi, ketika ayahnya beranggapan Lila seharusnya menjadi penari saja atau paling tidak menjadi anak perempuan berambut rapi, berwajah bersih dan beraroma wangi supaya mudah mendapatkan suami, Lila minggat dari rumah.
Tujuannya: Mencari sulfur bangsawan (yang ternyata, ah.....)
Akhirnya...
Saya mendapati juga hal-hal menarik yang membuat saya menghela napas lalu mengangguk-anggukkan kepala. Sepertinya saya pun mulai tahu, tak hanya sekedar cerita bagaimana membuat kembang api yang spektakuler. Tak hanya Lila yang niat banget menjadi pembuat kembang api. Tak hanya sekedar ayah yang ingin anak perempuannya melupakan impiannya dengan menyimpan rahasia sulfur bangsawan dirinya sendiri. Tidak hanya sekedar gajah putih yang bisa bicara atau Chulak memanfaatkan gajah yang seharusnya dijaganya itu. Tidak hanya tentang Dewi Bulan yang datang dan perginya tak diketahui. Pun tak hanya sekedar Rambashi dan anak buahnya yang doyan berganti-ganti profesi.
Tiga Bekal adalah hal yang harus dimiliki setiap Pembuat Kembang Api. Ketiganya sama penting dan dua dia antaranya tidak berguna tanpa yang ketiga.
(Lalchand, hlm. 138)
waa.. kaka, kyk nya ini genre ulun banget. hihihi... pengeeen baca T_T
BalasHapushayoooo dibaca, No. Aku juga baru nyoba buku Philip Pullman yang ini doank :D
BalasHapus