Selasa, 13 November 2012

[Samurangau] Sebuah Harapan


Surprise...!

Saya benar-benar nyaris tidak percaya dengan apa yang saya lihat ketika kendaraan yang membawa kami sampai di depan gerbang SDN 004 Samurangau. Bangunan sekolah bercat hijau itu tampak mencolok di antara barisan pohon sawit dan pohon karet serta rumah-rumah penduduknya yang terbuat dari kayu. Sekolah itu berada di area yang luas, berdampingan dengan kantor kepala desa dan balai desa. Bangunannya didesain minimalis, sangat berbeda dengan bangunan sekolah dasar yang pernah saya lihat di Balikpapan. Ya, ampun! Sekolah ini super bagus.

Pernah membayangkan yang seperti ini pun tidak!

Kata 'pelosok' dan 'tidak ada listrik' sudah cukup membuat saya serta merta membayangkan akan seperti apa sekolah yang akan saya datangi. Bangunan kayu dengan cat dinding yang kusam dan atapnya terbuat dari seng berkarat yang sudah lapuk dimakan usia (maafkan prasangka saya ini :D). Mengabaikan informasi yang lain, bahwa sekolah ini berada di wilayah yang kaya akan batu bara.


Kami disambut dengan ramah oleh Bapak Ilyas, kepala sekolah SDN 004. Setelah saling memperkenalkan diri lalu berbincang sejenak, kami pun menuju ke perpustakaan yang menjadi alasan mengapa kami berada di desa yang berada di tengah-tengah areal tambang batu bara ini.

Program Duta Cerdas yang digagas PT. Petrosea dan PKPU bertujuan untuk menghidupkan perpustakaan dan meningkatkan minat baca -para murid dan guru. Program ini tidak hanya ada di Samurangau, tapi juga dilaksanakan di Sanga-sanga, Tenggarong dan Balikpapan. Fasilitator -seperti saya- menjadi jembatan yang akan membantu pustakawan sekolah menjalankan program-program yang akan direncanakan untuk mencapai tujuan tersebut.

-salah satu ruang kelas-

-masa depan Samurangau-

Berjalan sepanjang koridor, kami disuguhi senyum polos khas anak-anak. Wajah mereka riang. Ada tatapan penuh tanya yang tak juga disuarakan. Mereka mengikuti langkah kami menuju ruangan paling ujung dari bangunan sekolah itu.

Dan inilah dia, tempat yang seharusnya menjadi tempat penyimpanan harta paling berharga: Ilmu :)


Jika dilihat dari pintu masuk, lemari kayu tiga pintu itu seperti tidak ada isinya. Sedangkan buku-buku yang ada di lemari rak tanpa pintu membuat kami terdiam dengan tatapan miris. Saya mengambil salah satu buku yang ada di rak kedua. Buku itu diterbitkan tahun 1990. Tanpa sampul dan berdebu.


Tidak ada buku bacaan lain selain buku-buku pelajaran!

OMG!

Mereka bisa membaca buku-buku lainnya ketika perpustakaan keliling -yang kedatangannya kadang dengan jeda waktu yang cukup lama-. 

Jika kondisi perpus yang memprihatinkan itu menimbulkan pertanyaan: apa kontribusi perusahaan tambang pada masyarakat di sekitar area tambang mereka. 

Jawabnya: Bangunan sekolah yang cantik ini, beasiswa untuk seluruh siswanya serta program ini tentunya -dan masih banyak hal lain yang belum saya ketahui-. :)

Sedangkan pengadaan buku, sedang dalam proses dalam jangka waktu yang entah -semoga dipermudah dan disegerakan. AMIN-

Sekolah juga sudah berusaha mendapatkan bantuan dari DIKNAS, tapi rupanya harus cepat-cepatan dengan wilayah lain. Membuat saya sekali lagi mengurut dada. Ah... tidak tahu harus bilang apa.


Semoga kelak mereka bisa berpetualang dengan buku :)

2 komentar:

  1. iya ya, kondisi sekolah yang bagus ga sebanding dengan buku2 yang ada di perpus..

    BalasHapus
  2. tak ada gading yang tak retak, hai.... :D

    BalasHapus