Senin, 12 November 2012

[Samurangau] Kejutan Manis



Hari sudah gelap ketika kami tiba di Batu Sopang. Setelah menempuh perjalanan selama empat jam, mobil yang kami tumpangi berhenti di pelataran parkir Hotel Permata. Sungguh! Saya sudah menyiapkan diri untuk kondisi yang tidak nyaman, tapi nyatanya...  ah, alhamdulillah. Malam ini saya bisa tidur dengan nyaman di atas tempat tidur yang empuk. Kami sedang beruntung, mendapatkan kamar executive yang luas dan nyaman

Walau saya merasa lelah setelah menempuh perjalanan jauh tapi mata enggan terpejam. Meskipun baru mengenal Mbak Rahma dalam hitungan jam, entah berapa banyak cerita yang sudah kami bagi. Kalau saja esok hari kami tidak harus bangun pagi-pagi sekali, mungkin obrolan malam itu tak akan pernah berakhir.



Kabut yang menutupi pegunungan di belakang hotel tempat kami menginap sama sekali tidak menarik perhatian saya pada awalnya. Kami -saya dan mbak Rahma- keluar kamar ketika hari sudah cukup siang. Saya hanya memandang sekilas dan menganggap itu tak lebih dari langit kelabu, penanda mau hujan. Saking nyenyaknya tidur, saya tidak tahu kalau tadi malam hujan mengguyur deras.

Menunggu memang tak selalu menyenangkan. Apalagi untuk pergi ke suatu tempat yang sama sekali belum pernah didatangi.

Kami menunggu Mas Banu _CSR PT. Petrosea yang akan mendampingi kami selama kunjungan bersama dengan kendaraan yang akan membawa kami ke Samurangau. Desa dimana SDN 004 berada. Sembari menanti waktu berangkat, kami yang fakir wifi ini memanfaatkan fasilitas di lobi hotel. Sayang sekali, koneksi internet tidak sampai ke dalam kamar. Modem flexy yang saya bawa sama sekali tidak bermanfaat. Selain Indosat dan Telkomsel, jaringan lain ... bye bye deh! :)

Jarak tempuh dari hotel tempat kami menginap lumayan jauh, membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Sepanjang perjalanan, kami disuguhi barisan pohon karet yang bertubuh ramping. Rumah-rumah penduduk yang tak begitu rapat. Kondisi jalan yang kami lewati masih berbatu tapi lumayan nyaman. Saya lebih banyak diam -dan memang saya pendiam kok :D- dalam perjalanan itu. Saya ingin mengenali medan, tempat dimana saya akan melewatinya dalam tiga bulan ke depan.

Saya jadi membayangkan kalau harus menempuh perjalanan itu seorang diri.

Selalu ada perasaan was-was ketika saya pertama kali menjejakkan kaki di tempat yang asing. Apakah saya akan selamat? Apakah saya tidak akan tersesat? Apakah saya bisa sampai ke tempat tujuan? Banyak sekali yang akan saya pikirkan.

Sekarang saya jadi bisa membedakan perasaan was-was saya ketika pergi ke kota besar dan ke daerah yang di kelilingi hutan, dimana rumah-rumah penduduknya saling berjauhan.

Meskipun perasaan was-was saya kali ini berlipat-lipat dari biasanya, saya hanya memegang satu keyakinan, saya punya PELINDUNG yang tidak pernah lalai menjaga saya dimana pun saya berada. Lagipula saya bersama dengan orang-orang yang baik hatinya. No need to worry! :)

Setelah 45 menit, akhirnya saya melihat jalan raya yang lebar. Ada truk gandeng yang mengangkut batu bara. Di sisi kanan dan kiri jalan terdapat berbagai macam slogan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk para pekerja tambang. Tak ada kendaraan umum yang lalu lalang di sana selain kendaraan yang diperbolehkan beroperasi oleh perusahaan.

Finally, we almost get there....

Jantung saya berdetak kencang ketika membaca papan nama di tepi jalan bertuliskan: Jl. Sei Kandilo. Desa Samurangau yang menjadi tujuan akhir kami. Masih sama seperti perjalanan sebelumnya. Di kiri kanan jalan desa itu, barisan pohon kelapa sawit dan pohon karet menjadi pemandangan jamak yang bisa dinikmati. Rumah-rumah penduduk yang terbuat dari kayu terselip di sela-selanya.

then here we are....


Sekali lagi, saya dibuatNya terkaget-kaget....

4 komentar: