Kamis, 26 September 2013

Unusual Job

 -Bersama keluarga besar SDN 005 Samurangau-


Sejak pertama kali bekerja, kurang lebih dua belas tahun yang lalu, orang-orang kerap mengerutkan dahi ketika mendengar apa pekerjaan saya atau bidang yang saya geluti.
Pertama, ketika saya bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang keselamatan dan kesehatan kerja a.k.a HSE. Safety merupakan kata asing yang tidak memberikan gambaran atau petunjuk apa pun di kepala mereka tentang apa yang saya kerjakan. Setiap kali mendapatkan pertanyaan, “kerja di perusahaan apa? Bergerak di bidang apa?” Saya harus sudah siap dengan penjelasan yang setidaknya membuat mereka dapat mengangguk-anggukkan kepala, tanda mengerti.

Kedua, pada saat saya memutuskan hengkang dari perusahaan yang telah hampir sepuluh tahun menjadi ‘rumah tempat saya berkarya, kerutan di dahi itu kembali saya temui. Setiap terucap kalimat, “saya resign karena ingin menjadi penulis.” Sebagian orang-orang mungkin berpikir saya ini sudah gila atau bodoh banget. Lebih memilih luntang lantung enggak jelas ketimbang duduk manis di dalam ruangan sejuk yang setiap bulan mengalirkan dana ke rekening saya.
Tapi, saya enggak bisa mengatakan kepada semua orang, bahwa saya enggak bahagia dengan pekerjaan itu. Setelah hampir sepuluh tahun, jenuh saya sudah sampai di ubun-ubun. Saya pun memilih mundur.
Lagipula, berada di titik jenuh, membuat saya benar-benar bertanya pada diri saya sendiri, apakah ini yang benar-benar ingin saya lakukan?
Waktu itu, menjadi penulis adalah keinginan yang menggebu-gebu. Saya dihantui gelisah ketika belum bisa mewujudkannya. Bayangan indah tentang bahagianya bisa mempunya buku-buku yang dibaca oleh banyak orang. terus lalu lalang. Tidak ada yang lebih saya inginkan ketimbang merasai bagaimana menjadi seorang penulis full time. Menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada sekumpulan aksara.
Namun ternyata, Tuhan selalu punya rencana lain dengan yang saya pikirkan. Saya mendapatkan tawaran pekerjaan baru dan kesempatan-kesempatan yang sayang banget kalau harus saya lewatkan.
Saya ditawari menjadi Fasilitator Pengelolaan Perpustakaan Sekolah pada sebuah program CSR. Pekerjaan yang juga menghadirkan kerut-kerut di dahi karena mungkin sebagian orang berpikir emang ada ya pekerjaan semacam itu? Kenyataannya pekerjaan-pekerjaan baru yang namanya terasa asing memang banyak bermunculan. Di dunia ini ada bermacam-macam urusan yang bisa menghasilkan lapangan kerja baru.
Fasilitator Pengelolaan Perpustakaan Sekolah sendiri berperan sebagai pendamping pustakawan sekolah –pengontrol, pembimbing serta pemberi motivasi, masukan dan saran– serta merupakan mediator antara pihak penyelenggara program dan pihak sekolah. Pekerjaan yang akhirnya memaksa saya untuk keluar dari belakang meja dan berinteraksi dengan banyak orang.
Menjadi fasilitator ternyata memberi saya banyak peluang dan pengalaman baru. Dari situ, saya bisa jalan-jalan gratis ke berbagai tempat di Kalimantan Timur, melihat pertambangan batu bara yang sebagian bikin saya takjub dan sebagian bikin hati saya sedih dan berhasil menulis satu buku tentangnya.
Jadi, jangan pernah merasa kecil hati kalau kamu punya pekerjaan yang enggak biasa, yang bikin orang lain mengerutkan dahi. Sebab di balik apa pun yang kita kerjakan tersimpan banyak pelajaran dan pengalaman berharga yang pada akhirnya bikin kamu bisa bilang, “terima kasih ya Allah.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar