Waktu itu, aku bisa saja menoleh kembali atau membalikkan
badan.
Tapi, aku hanya peduli pada luka hati atau harga diri yang
tercabik.
Aku benar-benar lupa.
Kalau kamu mungkin saja menangis -meski katamu lelaki
pantang membuang-buang airmatanya-
Aku cuma berpikir, kamu penyakit yang sudah menggerogoti
hati.
Seharusnya kutinggalkan cepat-cepat sebelum aku nanti mati.
Dan selang bertahun-tahun, setelah kulepaskan kau dari
hatiku.
Kadang pertanyaan itu timbul tenggelam.
“Apakah kamu sudah memaafkan aku seperti aku memaafkanmu?”
“Apakah kamu sudah berdamai dengan petaka masa lalu seperti
aku melupakannya?”
Aku tidak pernah tahu.
Jawaban itu membeku di hatimu.
Waktu itu, seharusnya aku sempatkan untuk menepikan rasa
sakitku
Sekedar untuk bilang,
“Maafkan aku tak lagi bisa menjadi bunga matahari.”
“Terima kasih sudah mengubah hidupku.”
Sayangnya, aku hanya peduli pada kecewaku.
Aku benar-benar lupa.
Mungkin saja kau akan menangis -meski katamu laki-laki
pantang melemah di hadapan para wanita-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar