Sabtu, 21 September 2013

[Samurangau] Lima Belas Menit Bersamamu

Suatu ketika ingatan mereka tentang hari ini akan semakin buram. Serupa selembar foto yang telah tersimpan lama di dalam album kenangan.

 

Mereka hanya bersepuluh, tapi keributan yang ditimbulkannya tak kalah seru. Ketidak hadiran sang guru yang harus mengikuti rapat di kantor Kepala Desa membuat mereka seperti macan yang lepas dari kandangnya. Aku yang hanya sekedar melintas lalu mengubah niat. Sepertinya menyenangkan jika bisa bermain sebentar bersama mereka.

Bocah-bocah itu berseru girang ketika aku berdiri di depan kelas. Mereka memukul-mukul meja. Saling dorong hingga jatuh ke lantai. Saling tindih tanpa mempedulikan apakah teman mereka yang berada di bagian paling bawah akan kesakitan atau tidak. Jika sudah selesai, mereka berlari-lari keliling ruangan, mendorongi meja hingga tatanannya menjadi berantakan.

Huff! Benar-benar kacau!

"Ayo, siapa yang tahu meja dan kursi ini punya siapa?" tanyaku sambil menggandeng salah satu bocah terlincah di kelas satu dan mengantarnya duduk di bangkunya yang berada di deretan paling belakang. Dia baru berhenti mendorong meja teman-temannya setelah aku datang mendekat. Dia tampak tersipu-sipu ketika tangannya aku gandeng. "Ada yang tahu enggak?"

Ketika telunjukku mengacung, mereka pun ramai-ramai mengangkat tangan. Lalu menjawab:

"Punya Pak Kades!"
"Punya Pak Kepala Sekolah."

Jawaban itu mengalir lancar dari mulut mungil mereka. Jawaban yang membuatku tertawa miris. Oh, ya ampun!

"Bukannya meja dan kursi ini punya kalian? Kan kalian yang setiap hari belajar di sini."

Mereka tampak berpikir.

"Betul tidak?"

Meskipun mungkin mereka tak mengerti dengan ucapanku, tapi mereka mengangguk dengan senyum lebar di wajah mereka.

"Karena itu... meja dan kursi ini harus dijaga baik-baik, ya. Gimana kalau kakinya patah, kan kalian enggak bisa belajar lagi. Masa mau duduk di lantai?"

Tanpa kuduga, salah satu dari mereka turun dari bangkunya dan duduk di lantai. Meniru gaya orang belajar di lantai dengan gaya kocak. Ampun dah!



Dan... pertemuan hari itu diakhiri dengan menyanyikan lagu  si Tegar.

aku yang dulu bukanlah yang sekarang
dulu ditendang sekarang ku disayang
dulu dulu dulu kumenderita
sekarang aku bahagia


Cita citaku menjadi orang kaya
Dulu ku susah sekarang alhamdulillah
Bersyukurlah pada Yang Maha Kuasa
Memberi jalan untukmu semuanya

Hidupku dulunya seorang pengamen
Pulang malam selalu bawa uang receh
Mengejar cita cita paling mulia
Membantu keluarga dirumah

Sekolah dulu ku gak punya biaya
Terpaksa ku harus mencari nafkah
Tetapi, aku tak berputus asa
Pasti Yang Kuasa memberi jalannya - See more at: http://lirik-lagu-keren.blogspot.com/2013/03/lirik-lagu-tegar-aku-yang-dulu.html#sthash.UUwPaMuF.dpuf

 cita-citaku menjadi orang kaya
dulu kususah sekarang alhamdulillah
.................
............
......

Cita citaku menjadi orang kaya
Dulu ku susah sekarang alhamdulillah
Bersyukurlah pada Yang Maha Kuasa
Memberi jalan untukmu semuanya

Hidupku dulunya seorang pengamen
Pulang malam selalu bawa uang receh
Mengejar cita cita paling mulia
Membantu keluarga dirumah

Sekolah dulu ku gak punya biaya
Terpaksa ku harus mencari nafkah
Tetapi, aku tak berputus asa
Pasti Yang Kuasa memberi jalannya - See more at: http://lirik-lagu-keren.blogspot.com/2013/03/lirik-lagu-tegar-aku-yang-dulu.html#sthash.UUwPaMuF.dpuf



Tidak ada komentar:

Posting Komentar