-16-19 September 2013-
Sebelum benar-benar menempuh perjalanan menuju Gunung Bayan, saya menyimpan banyak kekhawatiran. Tentang waktu perjalanan yang tak bisa ditempuh di siang hari atau kondisi jalan yang kata teman saya membuatnya membutuhkan berkantong-kantong kresek untuk menampung isi perut yang enggan tinggal.
Namun, nyatanya selama sepuluh jam dari Balikpapan menuju Gunung Bayan, tak satu pun kantong plastik yang saya atau pun mbak luluk (yang doyan mabuk perjalanan) gunakan.
Kami mungkin beruntung. Sebab sebagian besar jalan yang dulunya rusak sudah hampir selesai diperbaiki. Sayangnya, saya yang setiap perjalanan agak susah tidur tidak bisa menikmati. Sebab di kiri kanan hanyalah gelap. Pemandangan yang dilihat didominasi oleh warna hitam. Kecuali bulan purnama yang menemani kami di sepanjang perjalanan pulang ke Balikpapan.
Kami tiba di Base Camp Petrosea di Camp Baru sebelum azan subuh berkumandang. Saya yang baru bisa tertidur, nyaris tak bisa membuka mata ketika supir travel yang kami tumpangi memberitahu bahwa kami sudah tiba di tujuan. Dengan terkantuk-kantuk, saya memanggul dua buah ransel yang berisi kebutuhan selama empat hari berada di tanah yang banyak didiami oleh suku dayak Benuaq itu.
Setelah sempat tidur sebentar, sekedar untuk mengumpulkan tenaga, kami langsung mengunjungi tiga sekolah yang di tiga bulan berikutnya akan saya dampingi. Sekolah tersebut adalah SDN 010 Jempang, SMPN 040 Sendawar dan UPT SMPN 015 Sendawar. Dua sekolah pertama berada di wilayah yang sama, yaitu Kampung Muara Tae, sedangkan satu sekolah berada di Kampung Muhur. Jarak kedua kampung itu lumayan jauh. Kurang lebih dua puluh menit jika ditempuh dalam keadaan jalan yang kosong dan melaju dengan kecepatan yang membuat saya duduk diam sambil memegangi sabuk pengaman yang saya kenakan.
Kondisi perpustakaan lumayan baik. Meskipun masih memerlukan banyak perbaikan di sana sini. Tapi, itulah gunanya program manajemen perpustakaan sekolah ini digulirkan. Kalau tidak, mungkin saya tak akan mendapatkan kesempatan untuk menginjakkan kaki ke kota-kota kecil di Kalimantan Timur.
Setelah cukup berkeliling, kami pun kembali ke Base camp untuk menyiapkan Pelatihan Manajemen Perpustakaan Sekolah yang akan berlangsung selama dua hari.
Di hari pertama, hujan yang turun sejak semalam membuat kami cukup khawatir. Beberapa orang guru, terutama yang perempuan, tidak bisa menumpang mobil sebab akan mengalami mabuk perjalanan. Syukurlah mereka tetap datang meskipun dalam cuaca yang membuat orang lebih suka berada di balik selimutnya.
Mereka bersemangat sekali.
Sesi demi sesi dapat dilalui dengan baik. Mereka sangat kooperatif. Tidak malu-malu untuk berpartisipasi dalam setiap tugas yang diberikan. Meskipun berada di daerah yang jauh dari perkotaan, mereka tak kalah kreatifnya dengan guru-guru lain.
Rasanya tak cukup dua hari untuk mengisi kebersamaan ini. Tapi, kami harus kembali ke Balikpapan. Tugas lain telah menanti untuk dikerjakan.
Sampai jumpa lagi, Siluq Ngurai*.
Bulan depan, InsyaAllah kita akan bertemu lagi.
catatan:
Siluq dalam bahasa Dayak berarti dewi
Siluq Ngurai sendiri merupakan nama dewi tercantik
Kangen lihat fitri ngeblog :D
BalasHapushahhaha... iya nih, ngeblognya masih ga konsisten :D
BalasHapusKak mau tanya, ke muara tae naik travel atau mobil pribadi? Di muara tae tinggal dimana? Saya berencana melakukan penelitian. Please contact me : nurulrohmah25@gmail.com or 085247897345 WA/LINE/SMS. terimakasih atas infonya
BalasHapusKak mau tanya, ke muara tae naik travel atau mobil pribadi? Di muara tae tinggal dimana? Saya berencana melakukan penelitian. Please contact me : nurulrohmah25@gmail.com or 085247897345 WA/LINE/SMS. terimakasih atas infonya
BalasHapus