Minggu, 10 Maret 2013

entah....

@google


Aku capek! Keluhnya di antara dentum irama menghentak yang terdengar semakin menggila dari balik pintu tempatnya menyembunyikan diri sejenak.



Dia mengisap kuat-kuat rokok putih yang terselip di antara jari telunjuk dan jari tengahnya. Bibir bawahnya terlihat gemetar. Sepasang mata berlensa kontak mulai mendanau. Dia menghembuskan asap yang memenuhi rongga mulutnya sambil terbatuk-batuk.

Gadis malang! Tubuhnya merosot ke lantai keramik yang dingin dan lembab. Bekas-bekas jejak sepatu yang tertinggal terlihat samar-samar. Dia menarik lututnya, melekatkannya ke dada. Memeluknya erat-erat hingga buku jari-jarinya yang menempel di kedua sikunya memutih. Hampir setiap malam yang bisa dilakukannya hanyalah mengasihani diri, menangisi ketidak beruntungan yang memaksanya menghamba pada kegelapan.

Tangisnya yang serupa gerimis perlahan menderas. Isaknya tenggelam di dalam irama menghentak yang tak punya jeda, bahkan untuk memberinya kesempatan mendengar tangisannya sendiri. Dia membiarkan pundaknya yang ringkih pecah sebab tak bisa menahan sesak. Tapi, menjadi serpihan yang melayang di udara hanyalah khayalannya semata.

Sampai kapan? Sebentuk pertanyaan itu terus mendesaknya memberi jawaban. Tapi dia tak punya jawaban selain menggeleng.

Entah....

Mungkin bila dia tak sanggup lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar